Setop Pendanaan WHO, Bill Gates Kecam Trump
2 min readAmerika Serikat – Pendiri Microsoft sekaligus Filantropis Bill Gates mengecam keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menyetop anggaran bagi Organisasi Kesehatan Dunia. Kebijakan Trump justru akan menghambat kerja WHO dalam menghentikan penyebaran virus corona (COVID-19).
“Pekerjaan mereka adalah memperlambat penyebaran COVID-19. Jika pekerjaan dihentikan, tidak ada organisasi lain yang bisa menggantikan mereka. Dunia membutuhkan WHO sekarang, lebih dari sebelumnya,” ujar Bill Gates.
Kritikan terhadap kebijakan Trump juga disampaikan oleh Mantan Presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter. Dia mengaku tertekan dengan keputusan yang dibuat Trump.”WHO adalah satu-satunya organisasi internasional yang mampu memimpin untuk mengendalikan virus ini,” tegas dia.
Trump memutuskan untuk menyetop pendanaan bagi WHO karena organisasi tersebut telah gagal dalam membendung penyebaran virus corona di China. “Kenyataannya adalah WHO gagal untuk mendapatkan, memeriksa, dan berbagi informasi secara tepat waktu,” kata Trump. “WHO gagal dalam tugas dasarnya dan harus bertanggung jawab.”
Perlu diketahui, Amerika Serikat merupakan penyumbang keuangan terbesar bagi WHO. Trump mengatakan bahwa negaranya telah mengirimkan dana bagi WHO sebesar US$ 500 juta setiap tahunnya. Namun, berdasarkan dokumen anggaran, sumbangan lebih mendekati US$ 100 juta per tahun.
Adapun yayasan Bill Gates, Bill & Melinda Gates Foundation, akan mendonasikan US$ 150 juta untuk mencegah semakin luasnya pandemi virus corona. Dengan begitu, yayasan tersebut sudah menyumbang sebesar US$ 250 juta. Dana tersebut nanti akan digunakan untuk mengembangkan pengujian, perawatan, serta vaksin, dalam membantu mitranya di Afrika dan Asia Selatan.
“Dana ini akan mendukung upaya melawan COVID-19 pada level rendanh dan menengah di beberapa negara di mana para pemimpin lokal serta tenaga medis melakukan pekerjaan heroik untuk melindungi masyarakat yang rentan,” kata Melinda Gates.
NEWS.SKY.COM | BUSINESSINSIDER.COM | VOA