December 4, 2024

Menteri Kesehatan Inggris Minta Maaf setelah Ucapkan “Penakut”

2 min read

Sajid Javid

Inggris – Menteri Kesehatan Inggris, Sajid Javid, meminta maaf atas kicauannya di Twitter yang mendesak orang-orang agar mau divaksin Covid-19 dan tidak menjadi penakut. Dia menilai pernyataan tersebut merupakan pilihan kata-kata yang buruk. 

Javid, yang menggantikan Matt Hancock sebagai Menteri Kesehatan pada bulan lalu setelah pendahulunya tersebut mengundurkan diri karena melanggara aturan Covid-19 dengan mencium ajudannya di kantornya, telah dikritik karena menggunakan kata penakut ketika puluhan ribu orang di Inggris meninggal karena virus ini. Padahal, banyak yang mencoba untuk tetap aman. 

Inggris, yang memiliki salah satu angka kematian Covid-19 resmi tertinggi, telah mengubah strateginya dalam memerangi virus corona. Yang dari awalnya menerapkan pembatasan untuk menekan penyebarannya, sekarang mengedepankan strateginya melalui vaksin. Harapannya akan melindungi masyarakat dari penyakit serius ini. 

Pejabat berpendapat bahwa perubahan itu diperlukan untuk membantu bisnis di sektor-sektor seperti perhotelan dan ekonomi pada malam hari. Menulis di Twitter, Javid mengatakan bahwa dia telah “menghapus kicauan yang menggunakan kata penakut pada Minggu lalu. 

“Saya mengungkapkan rasa terima kasih bahwa vaksin membantu kami melawan, tetapi itu adalah pilihan kata yang buruk dan saya dengan tulus meminta maaf. Seperti banyak orang, saya telah kehilangan orang yang saya cintai karena virus yang mengerikan ini dan tidak akan pernah meminimalkan dampaknya,” katanya.

Pada Sabtu pekan lalu, Javid menulis bahwa dia telah pulih setelah dites positif Covid-19. Dia sempat menderita gejala ringan. “Tolong, jika Anda belum mendapatkan pukulan, karena kami belajar untuk hidup daripada takut dari virus ini,” katanya.

Angela Rayner, Wakil Pemimpin Partai Buruh, adalah salah satu dari beberapa anggota parlemen dari partai-partai oposisi yang kehilangan anggota keluarga karena pandemi. Dia mengkritik kicauan Javid. 

“127.000 orang telah meninggal karena virus ini, puluhan ribu di antaranya masih akan ada di sini jika bukan karena kegagalan bencana pemerintah Anda,” katanya di Twitter.

BBC.COM