Jumlah Kasus Covid-19 Meningkat, Mantan Direktur WHO: Teori Temperatur Meragukan
2 min readSingapura – Keraguan terhadap teori bahwa cuaca yang lebih hangat akan menghambat penyebaran virus corona atau Covid-19 semakin meningkat. Hal ini dikarenakan terus bertambahnya angka korban yang terkena infeksi virus tersebut di Asia Tenggara.
Mantan Direktur Riset Kebijakan dan Kerja Sama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sekaligus akademisi dari National University of Singapore, Tikki Pangestu, menyatakan teori tersebut tidak teruji dengan kondisi di Asia Tenggara seperti Malaysia, Thailand, dan Indonesia saat ini. “Teori temperatur benar-benar tidak bertahan mengingat apa yang terjadi sekarang di sebagian besar Asia Tenggara,” kata Tikki seperti dikutip dari thestar.com.
Tikki melanjutkan teori temperatur sempat disambut optimisme tinggi negara-negara di Eropa. Namun dengan apa yang terjadi di Asia Tenggara, teori tersebut semakin diragukan. “Orang-orang di Eropa berharap cuaca hangat akan membunuh virus. Saya ragu ini akan menjadi kenyataan,” kata kakak kandung dari mantan Menteri Perdagangan Indonesia, Mari Elka Pangestu, ini.
Dengan semakin melonjaknya korban yang terpapar Covid-19, Tikki menjelaskan ada kemungkinan virus tersebut bermutasi. Namun hal tersebut belum teruji. “Ada kemungkinan virus itu bisa menjadi sesuatu yang lebih jahat, menyebar lebih cepat, atau menyebabkan penyakit lebih parah. Tetapi sejauh ini kami belum melihat terjadinya hal itu,” ucap dia.
Peneliti Bidang Mikrobiologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Sugiyono Saputra, menambahkan masih banyak hal yang belum diketahui tentang Covid-19. Karena itu, sejumlah pakar kesehatan menyarankan agar negara-negara tidak menggantungkan harapan terhadap cuaca yang hangat untuk menghambat penyebaran virus.
“Terlalu sederhana untuk menyarankan iklim tropis dapat menghentikan virus corona, karena ada banyak faktor lain seperti kontak manusia dengan manusia yang terjadi dengan cepat. Faktor lingkungan, mungkin, tidak mempengaruhi virus sama sekali,” ujarnya.
Sebelumnya, John Nicholls, Profesor Patologi di Universitas Hong Kong, mengatakan ada tiga hal yang tidak disukai virus corona, yaitu sinar matahari, suhu dan kelembaban. “Sinar matahari akan memotong kemampuan virus untuk tumbuh hingga setengahnya. Sinar matahari sangat bagus untuk membunuh virus,” kata Nicholls.
Pemerintah Malaysia melaporkan kasus Covid-19 sudah mencapai 553 kasus. Angka tersebut merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Perdana Menteri Malaysia, Muhyiddin Yasin, telah menetapkan untuk membatasi wilayah (lockdown) hingga akhir Maret 2020. Langkah tersebut untuk menganggulangi penyebaran virus corona.
Adapun kasus Covid-19 di Indonesia sudah menyentuh angka 227 dengan 19 jumlah kematian, dengan tingkat kematian 8,3 persen. Berdasarkan data WHO, tingkat kematian ini lebih tinggi daripada tingkat kematian dunia sebesar 4,07 persen pada Selasa (17/3), pukul 16.00 CET (Waktu Eropa Tengah).
Tikki mengatakan Indonesia merupakan negara kepulauan yang besar. Dia pun meyakini tidak semua daerah memiliki alat penguji Covid-19 seperti di Jakarta dan Bali. “Saya tidak percaya bahwa kita memiliki alat yang sama seperti CDC di Amerika Serikat. Indonesia terdiri dari ribuan pulau yang tersebar lebih dari ribuan mil. Jadi dengan minimnya alat penguji, potensi penyebaran virus corona sangat besar,” tegas Tikki.
Menurut Tikki, Indonesia membutuhkan bantuan dari WHO dan komunitas kesehatan internasional lainnya untuk memasok alat pengujian Covid-19. “Banyak orang terutama di negara berkembang tidak menyadari bahaya dari virus corona. Saya mendorong komunitas kesehatan internasional untuk bersama-sama membantu Indonesia,” ucapnya.