Kemenko Perekonomian Dorong Sinopec Lanjutkan Depo Minyak Batam
2 min readJakarta – Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian meminta Sinopec Group agar segera merealisasikan pembangunan depo minyak di Batam, Kepulauan Riau yang sudah terhenti selama 8 tahun. Hal tersebut disampaikan Suswijiono, Sekretaris Kemenko Bidang Perekonomian usai ditandatanganinya MOU antara PT Batam Sentralindo dan Sinomarts KTS Development Limited Hongkong di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (29/7).
“Pada 29 Juli 2020 lalu, telah disepakati nota kesepahaman antara Sinomart KTS Development LTD (anak perusahaan dari Sinopec) dan PT Batam Sentralindo untuk melanjutkan rencana investasi proyek pembangunan Depo Minyak di Batam, Kepulauan Riau. Dalam penandatanganan tersebut, Kemenko Perekonomian bersama BP Batam turut hadir sebagai saksi dan menunjukkan dukungan penuh Pemerintah Indonesia untuk mengawal realisasi proyek Depo minyak ini,” kata Susiwijono saat dihubungi akhir pekan lalu (1/8).
Dalam penandatanganan MOU tersebut, PT Batam Sentralindo sebagai pemilik Kawasan Industri West Point Maritime Industrial Park diwakili oleh Dr. Julius Singara S.H, mewakili direksi. Sementara Sinomart mempercayakan pada Johnson Panjaitan, S.H. Acara penandatanganan disaksikan oleh Sekretaris Menko Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso S.E., M.E., Deputi VII Kemenko Perekonomian Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Dr. Ir. Rizal Affandi Lukman, MA dan Elen Setiadi S.H., MSE selaku Staf Ahli Bidang Regulasi, Penegakan Hukum dan Ketahanan Ekonomi Menko Koordinator Bidang Perekonomian, serta Bapak Enoh Suharto Pranoto yang mewakili Anggota Bidang Kebijakan Strategis BP Batam.
“Syarat-syarat pembangunan dan proyek ini di dukung penuh oleh pemerintah dari kedua negara. Keberadaan Depo Minyak ini akan memperkuat kedaulatan energi nasional, khususnya di tengah kondisi dunia yang masih volatile dan rentan akan krisis akibat dari pandemi COVID-19. Kesepakatan ini adalah kabar baik. Pemerintah Indonesia meminta dan mendukung Sinopec segera membangun proyek yang sudah direncanakan sejak lama ini,” tegasnya.
Proyek Depo minyak berkapasitas 2,6 juta kiloliter ini sudah diinisiasi pembangunannya sejak tahun 2012. Groundbreaking proyek ini pun sudah dilakukan pada 10 Oktober 2012 di lahan seluas 75 hektar di kawasan industri Westpoint Maritime Industrial Park, Batam. Proyek depo minyak di Batam ini rencananya akan menghabiskan biaya investasi sebesar USD 841 juta atau lebih dari Rp 12,19 triliun (asumsi kurs Rp 14.509 per USD).
Susiwijono menambahkan Kemenko Perekonomian serta BP Batam bertindak sebagai mediator dari kedua perusahaan. Intinya Kemenko akan terus mengawal proses persiapan hingga pembangunan fisik sehingga dapat segera terlaksana. Menurutnya proyek ini sangat penting untuk mewujudkan ketahanan energi nasional serta sebagai pengungkit utama perekonomian di tengah pandemi Covid-19.
Kemenko Bidang Perekonomian berharap percepatan pembangunan proyek depo minyak akan menggerakkan aktivitas ekonomi di Batam dan sekitarnya. Ketersediaan lapangan kerja dari proyek ini juga akan memberi dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat di kepulauan Riau itu.