December 20, 2024

Investasi Telkomsel di GoTo Diprediksi Makin Untung Berkat Pendanaan Pra-IPO

3 min read

Jakarta – Initial Public Offering (IPO) GoTo terus menyedot perhatian investor. Menjelang rencana penjualan saham perdana pada awal tahun 2022, sejumlah investor global justru memilih menanamkan investasinya sebelum IPO. Pekan lalu, manajemen GoTo mengumumkan pendanaan baru pra-IPO senilai USD1,3 miliar atau lebih dari Rp 18 triliun dari sejumlah investor global. Dana pra-IPO GoTo ini diproyeksikan masih akan bertambah dengan target USD1,5 miliar – USD2 miliar.

Analis pasar modal Fendi Susiyanto menilai besarnya minat investor global sebelum IPO GoTo menunjukkan potensi bisnis ekosistem digital ini sangat besar. Dengan menanamkan investasi sebelum IPO, investor berpotensi untuk mendapatkan keuntungan dengan naiknya valuasi GoTo pada saat IPO nanti.

“Meski investor global selalu memiliki horizon longterm investment, tapi kenaikan valuasi GoTo setelah IPO akan memberikan benefit kepada investor. Selain nilai investasi yang naik, risiko investasi juga berkurang dengan valuasi GoTo yang terus membesar,” jelas Fendi yang juga CEO Finvesol Consulting di Jakarta, Selasa (16/11).

Sejumlah investor yang terlibat pendanaan baru diantaranya Abu Dhabi Investment Authority (ADIA), Avanda Investment Management, Fidelity International, Google, Permodalan Nasional Berhad (PNB), Primavera Capital Group, SeaTown Master Fund, Temasek, Tencent, dan Ward Ferry.

CEO Grup GoTo Andre Soelistyo mengatakan, dukungan yang diperoleh menunjukkan kepercayaan yang dimiliki investor terhadap ekonomi digital yang berkembang pesat di kawasan ini serta posisi kami sebagai pemimpin pasar. “Investor lainnya diharapkan untuk selanjutnya bergabung ke dalam putaran penggalangan dana pra-IPO menjelang penutupan akhir di beberapa minggu mendatang,” ujar Andre dalam keterangan resmi, Kamis (12/11).

Masuknya dana pra-IPO ini membuat cashflow GoTo semakin tebal. Dengan tambahan dana melalui IPO nanti, GoTo akan memiliki dukungan pendanaan yang besar untuk mengeksekusi setiap rencana bisnisnya.

Lebih lanjut Fendi mengatakan, dengan valuasi GoTo yang kini diperkirakan sudah mencapai sekitar USD30 miliar, para investor awal perusahaan karya anak bangsa ini paling diuntungkan. Ia menyebut grup Djarum, Astra International dan Telkomsel sebagai perusahaan lokal beruntung telah investasi di GoTo.

Ia lalu menyebut Telkomsel yang baru masuk ke GoTo di bulan November 2020 (USD150 juta) dan Mei 2021 (USD300juta). Dengan asumsi valuasi GoTo saat ini sebesar USD30 miliar, maka perkiraan IRR (Internal Rate of Return) yang telah diraup oleh investor institusional domestik seperti Telkom Group yang hampir setahun masuk sekitar 6,97% (monthly) atau setara dengan 83,66% per annum.

“Semakin besar valuasi GoTo maka keuntungan investasi Telkomsel akan semakin membesar. Dan melihat animo investor ketika pra-IPO, valuasi GoTo saat IPO bisa lebih dari US$35 miliar – US$ 40 miliar,” katanya.

Menurut Fendi banyaknya investor global yang berinvestasi di GoTo juga mengindikasikan bahwa para investor tersebut pintar dalam melihat peluang investasi yang bernilai di Indonesia. GoTo, sebagai ekosistem bisnis yang sudah menaungi lebih dari 12 juta mitra, merupakan aset yang sangat bernilai. Apalagi dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta, di mana sekitar 70 persen populasi Indonesia merupakan generasi produktif yang semakin tergantung dengan digital.

Sebagai perusahaan telekomunikasi, lanjut Fendi, digitalisasi merupakan sumber pendapatan yang besar bagi Telkomsel. Terbukti setiap tahun kontribusi pendapatan data terhadap total revenue Telkomsel terus meningkat. Ia menunjukkan, sampai semester I 2021, pendapatan data Telkomsel mencapai Rp 28,1 triliun atau 65 persen dari total pendapatan perusahaan sebesar Rp 43,1triliun.

GoTo dapat menjadi captive market dan ini yang sebenarnya menjadi salah satu bidikan Telkomsel saat berinvestasi di GoTo. Jadi bukan sekedar kenaikan nilai investasinya. Karena strategi ini juga akan menjaga sustainability pendapatan Telkomsel dalam jangka panjang,” ujar Fendi.

Gojek dan Tokopedia berkombinasi untuk membentuk GoTo pada bulan Mei 2021. Layanan GoTo mencakup transportasi on-demand, e-commerce, pengiriman makanan dan bahan makanan, logistik dan pemenuhan, serta layanan keuangan dan pembayaran. Tiga pilar utama GoTo tersebut tercermin dari tiga merek besar yaitu Gojek, Tokopedia, dan GoTo Financial.

Grup GoTo sendiri mencatat lebih dari 1,8 miliar transaksi pada tahun 2020, dengan total nilai transaksi bruto (GTV) Grup lebih dari US$ 22 miliar dan berkontribusi ke ekonomi setara dengan lebih dari 2% PDB Indonesia.